10.14.2013

Liburan Dadakan (Bagian 3)

Selanjutnya kami ke Kebun Binatang menggunakan mobil. Serasa masuk taman safari  :D   Saat masuk, kami disembut primata-primata, tapi di dalam sangkar. Terus terang sebenarnya saya sedih melihat primata-primata itu, tapi mau bagaimana lagi..  :/

Kami masuk lebih jauh, dan baru saya sadari ternyata jalan bonbin ini banyak kelokan dan naik turun. Menyenangkan sekaligus menegangkan. Di tengah jalan, tepat di salah satu belokan tajam dan curam, mobil sempat berhenti dan bergerak mundur. Kami sempat panik. Saya, Dian dan Nisa spontan turun dari mobil. Uwiiih... Ngeri! Syukur alhamdulillah ada petugas patroli bonbin yang sigap dan siap membantu. Roda mobil disadel dengan batu besar dan disuruh mengganti ke gigi satu. Alhamdulillah juga kami semua tidak apa-apa walau deg-degan luar biasa. Seru euy!

Saya dan Didi menggendong bayi macan dahan...
Di bonbin ini saya dan Didi sempat berfoto bersama anak macan dahan :D. Bayarnya 10ribu saja. Tubuh anak macan dahan seperti kucing, tapi lebih panjang dan berat. Manisss sekali... Tapi saat menggendong, kami diendus-endus lho! >.<  Menurut petugas bonbin, anak macan dahan senang mengendus untuk mengenali bau yang menggendongnya. Binatang lain yang sempat kami lihat adalah gajah, burung merak, beruang, harimau dan singa juga. Dan untuk pertama kalinya saya mendengar auman singa secara langsung! Maklum selama ini hanya lihat di televisi saja. Aduhai.. Aumannya bikin bergidik, tidak terbayang kalau ketemu langsung... esSsyereeem... (>.<) . Sebenarnya masih banyak koleksi bonbin seperti berbagai jenis buaya dan kuda dan ular dan monyet dan lainnya yang bisa dilihat, tapi karena masih terbawa ngeri setelah tragedi mobil mundur jadi acara singgah untuk melihat binatang-binatang tersebut dihentikan. Mobil jalan terus, keluar bonbin.

Beberapa koleksi binatang di Kebun Binatang Tanjung Bajau: sekawanan burung merak (kiri atas), gajah yang kesepian (kanan atas), harimau yang sedang bobo (kiri bawah), dan sepasang beruang madu (kanan bawah)
Berfoto dengan gajah dan merak, dari jauh, dari luar kandang...

Selanjutnya kami melanjutkan ke Rindu Alam. Ini keputusan yang cukup sulit mengingat kejadian yang baru kami alami. Tapi dengan santai, Dede' yang menggantikan Didi menyetir mobil membawa kami naik terus ke Rindu Alam. Sempat tegang juga sih, tapi saya pasrahkan pada kemampuan Dede' dalam menyetir, sambil tetap doa-doa. Dan alhamdulillah... Taraaa, kami sampaaai! :D


Beberapa pemandangan dari beberapa sudut pandang.. ^0^  subhanallah...

Perjuangan menegangkan untuk sampai ke Rindu Alam terbayarkan dengan pemandangan yang indah. Lama juga kami menikmati tempat tersebut, foto-foto, duduk-duduk, dan sempat makan mie goreng bekalnya Nisa untuk mengganjal perut. Saya sendiri tidak ikutan makan karena masih puasa, sayang kalau dibatalkan.
Bersama Kanda (kiri) dan Ibu (kanan), dengan latar pemandangan yang indah! :D

Walau sebenarnya belum puas menikmati pemandangan, kami mau tidak mau harus segera turun karena efek mie goreng tidak terlalu lama. Sayang juga sih, tapi maklum saja karena jalan-jalan ini benar-benar dadakan sehingga bekal makan pun tak sempat dibuat. Saat keluar kami tersesat karena kami justru naik ke puncak Rindu Alam, tapi mobil segera berbalik arah dan tidak singgah ke mana-mana lagi, langsung turun dan keluar meninggalkan kawasan Tanjung Bajau. Rencana mencoba banana boat pun diurungkan karena waktu makan yang semakin terlewat.

Beli jagung manis untuk oleh-oleh :)

Mobil mengarah ke kota amoy. Kami berhenti untuk membeli jagung manis yang banyak dijual di sepanjang sisi jalan sebagai oleh-oleh untuk orang rumah, 5kg 30ribu rupiah. Kemudian singgah di sebuah rumah makan Padang di dekat gerbang kota. Semuanya makan kecuali saya. Tapi saya tidak mau ketinggalan, saya membeli minuman botol untuk persiapan berbuka di tengah jalan, lumayan untuk menyegarkan tenggorokan yang kering. ^^


Nyam nyam... Ada angry bird lewat ^^
Agenda selanjutnya, pulang. Kami sempat singgah di rumah sepupu Kanda yang ingin menumpang ke Pontianak, singgah di salah satu masjid untuk sholat, singgah ke rumah Dede' untuk mengembalikan tikar yang tidak digunakan, dan singgah untuk makan malam di pasar kuliner "terminal mempawah". Kebetulan sampai di Mempawah sudah waktunya berbuka, jadi saya ikut makan. Saya memesan soto tanpa nasi. Alhamdulillah kenyang! :)


Sampai di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Saya kembali lemas karena lapar. Menu di rumah adalah ikan masak acar ala chef Mama dan potongan buah semangka untuk cuci mulut. Alhamdulillah, setelah minum air yang banyak dan makan yang cukup, tubuh saya kembali segar. Segar untuk tidur dan beristirahat. ^^

Baca cerita sebelumnya di bagian 1 dan bagian 2 atau lihat foto-fotonya <<--- klik ;)